Saat melihat orang berperilaku aneh, biasanya orang tersebut
dijuluki stres. Padahal, mungkin saja perilaku tak biasa tersebut sebenarnya
merujuk pada gangguan jiwa. Memang masih banyak orang yang salah kaprah
mengenai gangguan yang satu ini.
Dokter spesialis kejiwaan dari Divisi Psikiater Anak dan
Remaja Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Tjhin Wiguna mengatakan, stres hanyalah
ungkapan awam yang merujuk pada gangguan jiwa.
Sebenarnya, stres merupakan
tekanan yang membuat orang harus beradaptasi dalam menghadapinya untuk dapat
bertahan hidup.
"Bila bisa beradaptasi artinya seseorang bisa mengelola
stres dengan baik, namun jika kesulitan maka akan memicu gangguan jiwa, yang
jenisnya bermacam-macam," tuturnya saat dihubungi Kompas Health, Kamis
(7/8/2014).
Gangguan jiwa dapat timbul dari skala ringan hingga berat.
Gangguan jiwa ringan misalnya depresi yang tidak terlalu berat yang ditandai
oleh gejala seperti murung, tidak bersemangat, atau panik. Sementara gangguan
jiwa yang lebih berat misalnya depresi yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan berpikir, kognitif, psikomotorik, dan terlalu cemas akan masa depan.
"Yang terberat adalah psikotik yang sudah tidak mampu
membedakan imajinasi dan realitas," ungkap Tjhin.
Semua itu awalnya
dipicu oleh stres yang tidak dapat dihadapi dengan adaptasi yang baik. Karena
itu, stres merupakan sebuah kondisi, bukan gangguan yang mungkin banyak
dimaksudkan orang selama ini.Dapat disembuhkan Tjhin menekankan, seberapapun beratnya gangguan jiwa, bila
diterapi dengan tepat maka akan sembuh dan pasien gangguan jiwa dapat kembali
normal. Terapinya sendiri terdiri dari dua macam jenis, yaitu dengan
obat-obatan dan psikoterapi.
"Gangguan jiwa berhubungan dengan ketidakseimbangan
senyawa kimia di otak atau yang disebut juga dengan neurotransmitter. Untuk
memulihkannya, maka diperlukan obat-obatan. Sementara untuk memulihkan kejiwaan
pasien, dibutuhkan psikoterapi yang berupa konseling," katanya.
No comments:
Post a Comment